(M Teguh A Nasution) Tulisan
ini akan membahas mengenai embargo persenjataan oleh Ukraina terhadap Rusia.
Penulis akan membagi makalah ini menjadi tiga bagian. Bagian pertama yaitu
pendahuluan akan membahas mengenai latar belakang hubungan Ukraina dengan
Rusia, serta latar belakang hubungan industri pertahanan kedua negara tersebut.
Bagian kedua yaitu pembahasan akan membahas mengenai analisa dampak embargo
terhadap proses modernisasi persenjataan Rusia, industry pertahanan Ukraina,
serta hubungan Ukraina dengan rusia. Tulisan ini akan diakhiri dengan bagian kesimpulan
dimana analisa dalam bagian pembahasan akan disimpulkan.
Pendahuluan
Ukraina
dan Rusia merupakan dua negara bertetangga yang memiliki hubungan ekonomi dan
kultural yang sangat akrab. Ukraina merupakan tempat berdirinya peradaban rusia
dengan ditandai kemunculannya Kievan Rus yang
mencapai kejayaannya pada pertengahan abad ke-11.[1]
Selama beberapa abad kedepan, Ukraina dan Rusia memiliki hubungan yang akrab,
dimana pada abad ke 18, Ukaiana resmi menjadi bagian dari kekaisaran Rusia.[2]
Ukraina mendapatkan kemerdekaan
pertamanya dari Rusia pada tahun 1917 menyusul runtuhnya kekaisaran Rusia.[3]
Namun kemerdekaan yang didapatkan oleh Ukraina tidak bertahan lama karena
negara tersebut dengan cepat dikuasai oleh Uni Soviet pada tahun 1922.[4]
Awal kekuasaan Uni Soviet di Ukraina diwarnai dengan berbagai macam penindasan
akibat perlawanan yang diberikan oleh rakyat Ukraina. Pada tahun 1930an, Stalin
memerintahkan pembunuhan dan kelaparan masal terhadap rakyat Ukraina karena para
petani di negara tersebut menolak untuk pengikuti sistem pertanian kolektif.
Hal ini berakibat pada besarnya dukungan rakyat Ukraina terhadap pendudukan
Jerman Nazi pada awal perang dunia II. Namun akibat perlakukan buruk
dibawah pendudukan Jerman, Mayoritas rakyat Ukraina menuju pertengahan perang akhitrnya memilih untuk spenuhnya mendukung Uni Soviet.
Selama hampir sepanjang abad ke-20,
hubungan Ukraina dengan Rusia merupakan hubungan tingkat domestik dalam Uni
Soviet. Hubungan kedua negara tersebut muncul ke tingkat internasional pasca
runtuhnya Uni Soviet pada 1991 yang mengakibatkan kedua negara tersebut menjadi
negara merdeka. Namun hubungan kedua negara kerap mengalami pasang surut.
Polemik pertama yang mewarnai hubungan Ukraina dengan Rusia adalah sengketa
kepemilikan Semenanjung Krimea. Krimea merupakan semenanjung strategis yang
dahulu merupakan bagian dari kekaisaran Rusia, namun pada 1954 Nikita Khruschev selaku pemimpin Uni Soviet pada
masa itu memberikannya kepada Ukraina dengan alasan sebagai hadiah atas
jasa-jasa rakyat Ukraina selama perang dunia kedua. Setelah melalui negosiasi
yang panjang, sengketa kepemilikan Semenanjung Crimea akhirya terselesaikan
melalu sebuah referendum dimana kepemilikannya jatuh kepada Ukraiana.[5]
Hubungan
Ukraina dengan Rusia pada masa kini meliputi hubungan ekonomi, energy dan
industry petahanan yang sangat erat. Besar ekspor Ukraina ke Rusia pada tahun
2013 mencapai angka $15,8 milyar, terbesar diantara negara-negara CIS dan
keempat terbesar dari semua negara di dunia.[6]
Rusia sangat tergantung pada Ukraina demi memenuhi kebutuhan industrinya,
termasuk industri pertahanan. Ukraina merupakan pemasok utama bagi berbagai
mesin-mesin helicopter, dan mesin turbin gas yang digunakan dalam kapal perang
Rusia.[7]
Selain itu, mayoritas ekspor gas Rusia kepada Uni eropa juga melewati Ukraina.
Walupun Rusiaberupaya untuk menguruangi ketergantungan ini dengan membangun
pipa gas yang tidak melewati Ukriana seperti Nord Stream dan South Stream
pipeline, namun proyek tersebut menghadapi kendala akibat keenganan Uni
Eropa untuk terus bergantung pada pasokan gas dari Rusia.
Bagi
Ukraina, Rusia merupakan pasar ekspor yang sangat penting. Rusia bersama CIS
dan Uni Eropa merupakan pasar utama ekspor Ukraina. Industri pertahana Ukraina
sangat berkontribusi pada pendapatan ekspor, mencakup hingga 30% dari total
pendapatan ekspor Ukraina. Selain sangat berkontribusi pada pendapatan ekspor,
Industri pertahanan Ukraina juga sangat bergantung pada pasar yang tedapat di
Rusia. Hal ini disebabkan karena Rusia merupakan satu-satunya negara yang
membutuhkan produk-produk militer Ukraina seperti mesin dan komponen rudal.
Negara-negara barat tidak tertarik untuk memberli produk-produk tersebut dari Ukraina karena tidak kompatibel
dengan sistem persenjataan yang mereka miliki.[8]
Oleh karena itu, industry peratahanan Ukraina sangat bergantung pada pasar
rusia, sebagaimana Rusia bergantung pada mesin dan komponen persenjataan
Ukraina untuk menopang industri pertahanannya sendiri.
Namun
berubahnya dinamika politik di Ukraina yang dahulu dikuasai oleh Presiden pro
rusia dengan Presiden pro Barat mengancam kerjasama ekonomi antara Rusia dengan
Ukraina terutama pada bidang industry pertahanan. Tergulingnya
Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang pro Rusia dengan digantikan oleh
pemerintahan pro Barat mengancam kepentingan Rusia di Ukraina, terutama
kepentingan keamanannya di Semenanjung Crimea. Hal ini mendorong Rusia untuk
melindungi kepentingan keamanannya di Crimea dengan menganeksasi semenanjung
tersebut pada 16 Maret 2014 setelah melalui referendum.[9]
Walaupun begitu, referendum tersebut dianggap oleh Ukraina dimana pada majelin
umum PBB ke-68 dihasilkan resolusi untuk tetap mengakui Semenanjung Crimea
sebagai bagian dari Ukraina.[10]
Tindakan Rusia yang menganeksasi
Semenanjung Crimea memicu reaksi keras baik dari Ukraina, Uni Eropa dan Amerika
Srikat. Reaksi ini kemudian dimanifestasikan dalam bentuk sanksi-sanksi ekonomi
terhadap Rusia.Salah satu bentuk sanksi tersebut adalah dengan membatasi kemampuan
Rusia dalam mengakses pasar keuangan Uni Eropa dengan dibatasinya bank-bank
terbesar Rusia seperti Sberbank dan VTB Bank.[11]
Uni eropa juga memberlakukan embargo persejataan terhadap Rusia, yang berakibat
pada gagalnya pengirim kapal perang amfibi kelas Mistral yang diproduksi oloeh
Perancis.[12]
Namun walaupun embargo persenjataan
Uni Eropa telah mengakibatkan kegagalan maupun oendundaan terhadap beberapa
proyek modernisasi persenjataan rusia, namun ketergantungan Rusia terhadap
persenjataan dari Uni Eropa masih tergolong kecil. Embargo presenjataan yang
diberlakukan oleh Ukrainalah yang justru memberi pengaruh besar terhadap upaya
modernisasi persenjataany Rusia. Ketergantungan Rusia atas pasokan komponen
persenjataan dari Ukraina telah berakibat pada penundaan berbagai proyek
modernisasi persenjataan pasca dibelakukannya embago persenjataan terhadap
Rusia oleh Pemerintah Ukraina.
Pembahasan
Pada
bagian ini, penulis akan menganalisa masalah yaitu “embargo persenjataan
terhadap Rusia oleh Ukraina”. Penulis akan menaparkan efek dari embargo
tersebut terhadap hubungan kedua negara. Selain itu penulis juga akan memabahas
mengenai dampak embargo terhadap upaya modernisasi persenjataan Rusia, serta
terhadap industry pertahanan Ukraina sendiri.
Seperti
yang dipaparkan pada bagian penduhulan, kita dapat melihat bahwa Ukriana dan
Rusia memiliki hubungan industri pertahanan yang sangat erat. Hal ini merupakan
warisan dari masa Uni Soviet, dimana industri-industri tertahanan tersebut
tersebar di berbagai republic-republik anggota. Hal ini menimbulkan
permasalahan pasca runtuhnya Uni Soviet yang menyebabkan industry-industri
pertahanan yang memiliki fungsi saling mendukung ini terletak di negara yang
berbeda.
Rusia sebagai negara eksportir
senjata kedua terbesar di dunia[13]
ternyata masih memiliki ketergantungan persenjataan pada Ukraina. Rusia
memiliki ketergantungan terhdap komponen rudal serta mesin-mesin untuk
helicopter dan kapal perang. Embargo yang dilakukan oleh Ukraina telah
mengakibatkan terhambatnya berbagai proyek modernisasi angkatan bersentaja
Rusia.
Dampak Embargo pada Program
Modernisasi Angkatan Laut Rusia
Program
modernisasi angkatan bersenjata Rusia mengalami berbagai hambatan akibat embargo
persenjataan oleh Ukraina. Program modernisasi angkatan laut Rusia merupakan
yang paling terdampak akibat embargo yang dilakukan oleh Ukraina.
Pada
saat ini, Rusia sedang berusaha untuk memodernisasi angkatan lautnya yang mengalami kemunduran akiba runtuhnya Uni
Soviet. Proyek modernisasi ini meliputi pembangunan kapal selam dan kapal
permukaan baru, serta modernisasi bagi kapal-kapal era Uni Soviet. Saat ini
proyek konstruksi kapal perang Rusia meliputi sebagai berikut:[14]
- Kapal selam balistik bertenaga nuklir kelas Borei. 3 beroperasi, 3 sedang dalam konstruksi, 2 sedang dipesan. Kapal selam kelas Borei akan menggantikan kelas Delta IV dan Typhoon dalam memegang peran sebagai kapal selam balistik nuklir utama.
- Kapal selam rudal jelajah bertenaga nuklir kelas Yassen. 1 beroperasi, 1 dalam kontruksi, 8 direncanakan.
- Fregat berpeluru kendali kelas Gorshkov. 1 sedang uji coba, 8 dalam konstruksi. Proses pembangunan kapal ini berjalanan dengan lambat. Hal ini diperparah dengan terputusnya pasokan mesin turbin gas dari Ukraina.
- Fregat berpeluru kendali kelas Grigorovich. 3 dalam konstruksi dari 6 yang direncanakan. Konstruksi 3 kapal lainnya terancam batal akibat terputusnya pasukan mesin turbin gas dari Ukraina.
- Korvet kelas Gremyashchy. 2 dalam konstruksi. Konstruksi unit selanjutnya dibatalkan akibat terputusnya pasokan mesin turbin gas dari Jeman.
Dari
paparan diatas, dapat dilihat bahwa pembangunan kapal selam Rusia tidak
terpengaruh oleh pemberlakuan embargo persenjataan oleh Ukraina, tetapi hal
yang sama tidak dapat dikatakan untuk pembangunan kapal permukaan. Embargo
persenjataan oleh Ukraina telah mempengaruhi proyek konstruksi fregat kelas
Gorshkov dan kelas Grigorovich.
Proyek konstruksi fregat baru merupakan
proyek kunci dalam upaya Rusia menghidupkan kembali industri perkapalannya.
Penguasaan teknologi pembangunan kapal perang jenis fregat merupakan jalan bagi
Rusia untuk memulai konstruksi kapal perang yang lebih besar seperti kapal
perusak, penjelajah dan kapal induk. Selain itu, Rusia juga membutuhkan
kapal-kapal tipe fregat ini untuk menggantikan kapal perang jenis fregat dan
beberapa jenis perusak zaman Uni Soviet yang sudah terlalu tua.
Namun
embargo persenjataan yang dilakukan oleh Ukriana telah memotong pasokan mesin
turbin gas yang dibuuhkan Rusia dalam membagun kapal-kapal jenis ini. Proyek
pembangun Fregat kelas Gorshkov mengalami kendala dalam pembangunan kapal ke-3
dan ke-4 dinamakan Admiral Golovko dan Admiral Isakov. Pembangunan kedua fregat
tersebut terkendala karena mesin turbin gas M90FR yang diproduksi oleh
perusahaan Ukraina Zorya-Mashproekt tidak dapat lagi diimpor oleh
Rusia akibat embargo.[15]
Untuk menggantikan mesin tersebut, Rusia menugaskan perusahaan domestic pembuat
mesin jet pesawat NPO Saturn untuk membuat penggantinya. Namun pengganti mesin
tersebut diperkirakan baru bisa diproduksi pada tahun 2019 hingga 2020.[16]
Selain
proyek pembangunan fregat kelas Gorshkov, pembangunan fregat kelas Grigorovich
juga mengalami kendala akibat embargo persenjataan oleh Ukraina. Pembangunan 6
unit fregat kelas Grigorovich untuk angkatan laut Rusia terancam hanya tercapai
3 unit akibat terputusnya pasokan mesin M90FP buatan Ukraina. Rusia berencana
untuk menjual 3 unit lainnya kepada negara lain karena menunggu diproduksi
mesin pengganti oleh perusahaan domestic Rusia dianggap terlalu lama, sehingga
lebih baik menjual ketiga kapal tersebut dan mengalihkan dana pada proyek lain
yang lebih penting.[17]
Dari
paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa embargo persenjataan yang dilakukan
oleh pemerintah Ukraina terhadap Rusia terbukti memngakibatkan habatan besar
bagi proyek pembangunan kapal perang permukaan untuk angkatan laut Rusia.
Proyek pembangunan fregat kelas Gorshkov dan fregat kelas Grigorovich mengalami
penundaan dan pembatalan akibat terputusnya pasokan mesin turbin gas dari
Ukraina. Hal ini akan menunda proyek pembangunan kapal perang permukaan besar
lainnya seperti kapal perusak baru. Namun selain proyek modernisasi angkatan
laut, embargo persenjataan yang dilakukan oleh Ukraina tidak begitu
mempengaruhi proyek modernisasi angkatan darat dan udara Rusia. Hal ini
diindikasi dengan tidak adanya pemberitaan maupun laporan penundaan atau
pembatalan proyek-proyek jet tempur maupun tank generasi baru Rusia.
Dampak Embargo Persenjataan bagi
Industri Persenjataan Ukraina
Embargo
persenjataan terhadap Rusia tidak hanya merugikan Rusia dengan menimbulkan
berbagai hambatan bagi proses modernisasi angkatan bersenjatanya, namun juga
merugikan industry pertahanan Ukraina sendiri. Rusia merupakan pasar pelanggan
utama bagi produk-produk militer Ukraina dimana 70% dari ekspor produk militer
Ukraina ditujukan untuk Rusia.[18]
Industri pertahanan Ukraina seperti
Yuzhmash yang memproduksi komponen roket dan rudal bagi Rusia terpaksa harus
menjalankan peran balancing antara
memenuhi kontrak persenjataan dengan Rusia, tanpa terlalu melanggar embargo dan
mengundang amarah dari Pemerintahan Ukraina.[19]
Namun embargo yang diberlakukan oleh Pemerintahan Ukraina mengakibatkan
terancam batalnya kontrak proyek-proyek persenjataan dari Rusia bagi Yuzhmash
dan perusahaan persenjataan Ukraina lainnya.
Hilangnya pasar persenjataan Rusia
bagi industri pertahanan Ukriana membawa ancaman besar bagi kelangsungan industri
tersebut dan perekonomian Ukraina. Pada saat ini, Ukraina memiliki 134 BUMN
bidang persenjataan yang mempekerjakansebanyak 120,000 pekerja dengan beragam
kemampuan. Besarmya industry pertahanan Ukraianmerupakan warisan dari era Uni
Soviet yang memfokuskan berbagai industry pertahanan di Ukraina. Namun,
kecilnya ukuran angkatan bersenjata Ukraina berakibat pada tidak mampunya
kebutuhan persenjataan domestic untuk menyokong seluruh industry pertahanan
yang ada di Ukraina. Satu-satunya pasar yang mampu menyokong industry
pertahanan Ukraina adalah Rusia.[20]
Hilangnya
pasar utama industry pertahanan Ukraina mengancam keberlangsungan industry
pertahanan Ukraina. Hal ini dapat mengaikibatkan naiknya tingkat pengangguran
yang akan semakin membebankan ekonomi Ukraina yang saat ini sedang krisis.
Selain itu, ahli-ahli persenjataan yang menganggur ini dapat menimbulkan
ancaman besar terhdap kemananan dunia. Demi mencari penghasilan, mereka bisa
saja dipekerjakan oleh berbagai pihak-pihak seperti rogue nations maupun organisasi criminal dan teroris yang hendak
meningkatkan kapabilitas militer mereka.[21]
Oleh
karena itu dapat dilihat bahwa embargo persenjataan terhadap Rusia oleh Ukraina
tidak hanya merugikan Rusia, namun juga merugikan industry pertahanan Ukraina.
Rusia sebagai pasar utama industry pertahanan Ukraina merupakan satu-satunya
pasar yang dapat menyokong industry pertahanan Ukraina yang besar. Hilangnya
pasar utama tersebut dapat mengakibatkan keruntuhan industry pertahanan Ukraina
yang akan semakin membebankan perekonomian Ukraina serta menimbulkan
masalah-masalah kemanan.
Efek Embargo terhadap Hubungan
Ukraina – Rusia
Embargo
persenjataan yang dilakukan oleh Ukraina terhadap Rusia tidak begitu membawa
perubahan bagi hubungan kedua negara yang memang sudah buruk. Mendinginnya
hubungan Ukraina dengan Rusia pada umumnya diakibatkan oleh jatuhnya
pemerintahan pro Rusia di Ukraina dan tindakan Rusia yang menganeksasi
Semenanjung Crimea serta mendukung pemberontakan di Ukraina Timur.
Embargo persenjataan yang dilakukan
oleh Ukraina merupakan hasil dari memburuknya hubungan kedua negara. Selain
menutus hubungan kerjasama persenjataan, memburuknya hubungan kedua negara juga
berakibat pada dinaikannya harga impor gas Ukraina oleh Rusia sebesar 80%.[22]
Selain itu, dampak dari buruknya hubungan kedua negara juga berakibat pada
pemberhentian penyiaran program televisi Rusia oleh perusahaan televisi
Ukraina.[23]
Namun secara umum dapat dilihat
bahwa berbagai tindakan yang diambil kedua negara seperti pemutusan kerjasama
persenjataan oleh Ukraina, dan penaikan harga gas oleh Rusia merupakan tindakan
yang diambil akibat memburuknya hubungan kedua negara. Tindakan tersebut bukan
menjadi penyebab dari memburuknya hubungan kedua negara. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa embargo persenjataan terhadap rusia oleh Ukraina tidak
membawa perubahan besar bagi hubungan Ukraina – rusia yang memang sudah dingin.
Kesimpulan
Dari
paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa embargo persenjataan terhadap Rusia
oleh Ukriana telah membwa dampak buruk bagi kedua negara. Embargo tersebut
merugikan rusia dalam upaya modernisasi angkatan bersenjatanya terutama
angkatan laut. Terputusnya pasokan mesin-mesin kapal dari Ukraina mengakibatkan
penundaaan dan pembatalan bagi beberapa proyek pembangunan kapal perang
permukaan Rusia.
Bagi pihak Ukraina, embargo tersebut
juga membawa kerugian besar bagi industry pertahanan dalam negeri. Hilangnya
pasar utama yaitu Rusia mengancam keberlangsungan industry pertahanan Ukraina
beserta 120,000 orang yang bekerja di dalamnya. Runtuhnya indsutri pertahanan
Ukraina akan meningkatkan tingkat pengangguran di negara tesebut dan semakin
menambah beban perekonomian negara.
Namun, emabargo persenjataan yang
dilakakukan oleh Ukraina terhadap Rusia tidak membawa perubahan besar bagi
hubungan kedua negara. Embargo bukanlah menjadi penyebab memburuknya hubungan
kedua negara, melainkan disebabkan oleh jatuhnya pemerintahan pro Rusia di
Ukraina dan tindakan Rusia yang menganeksasi Semanjung Crimea serta mendukung
pemberontakan di Ukraina Timur.
[1] “Kievan
Rus,” Encyclopaedia Britannica,
modifikasi terakhir 6 Desember 2015, http://www.britannica.com/topic/Kievan-Rus
(diakses pada 3 Desember 2016)
[2] Theunis
Bates, “Ukraine’s fraught relationship with Russia: a brief history,” The Week,
modifikasi terakhir 8 Maret 2014, http://theweek.com/articles/449691/ukraines-fraught-relationship-russia-brief-history
(diakses pada 3 Desember 2016)
[3]
ibid
[4]
ibid
[5] Adam
Taylor, “To understand Crimea, take a look back at its complicated history,” Washington Post, modifikasi terakhir
Februari 27 2014, https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2014/02/27/to-understand-crimea-take-a-look-back-at-its-complicated-history/
(diakses pada 19 Desember 2015)
[6] Alexander
Dembitski, “The economic implications of Ukraine-Russia trade relations,” CEIC, http://www.ceicdata.com/en/blog/economic-implications-ukraine-russia-trade-relations
(diakses pada 3 Desember 2016)
[7]Charles
Recknagel, “Complex ties: Russia’s armed forces depend on Ukraine’s military
industry,” Dari Free Europe Radio Liberty, modifikasi terakhir 28 Maret 2014, http://www.rferl.org/content/russia-ukraine-military-equipment/25312911.html
(diakses pada 3 Desember 2016)
[8]
ibid
[9] Amanda
Paul, “Crimea One Year after Russia Annexation,” European Policy Center, (24 Maret 2015) hlm. 2
[10] “General
Assembly Adopts Resolution Calling upon States Not to Recognize Changes in
Status of Crimea Region,” United Nations,
modifikasi terakhir 24 Maret 2014, http://www.un.org/press/en/2014/ga11493.doc.htm
(diakses pada 19 Desember 2015)
[11] Valentina Pop, “EU hits Russia’s largest bank,
imposes arms embargo,” EU Observer,
modifikasi terakhir 31 Juli 2014, https://euobserver.com/foreign/125168
(diakses pada 3 Desember 2016)
[12] “French
MPs okay €950mln payment to Russia for cancelled Mistral deal,” TASS, modifikasi terakhir 17 September
2015, http://tass.ru/en/world/821797 (diakses pada 3 Desember 2016)
[13] Jeremy
Bender, “This map shows where the world’s 3 biggest arms exporter are sending
their weapons,” Business Insider,
modifikasi terakhir 21 Maret 2015, http://www.businessinsider.co.id/where-the-world-buys-its-weapons-2015-3/?r=US&IR=T#.VndXtE-rFnc
(diakses pada 3 Desember 2016)
[14] Dimitry
Gorenburg, “Russian naval shipbuilding: is it possible to fulfill the Kremlin’s
grand expectation,” PONARS Eurassia,
modifikasi terakhir Oktober 2015, http://www.ponarseurasia.org/memo/russian-naval-shipbuilding-it-possible-fulfill-kremlins-grand-expectations
(diakses pada 3 Desember 2016)
[15]
Sam LaGrone, “Ukraine arms embargo could
delay delivery of Russian frigates,” USNI,
modifikasi terakhir Januari 27 2015, http://news.usni.org/2015/01/27/ukraine-arms-embargo-delay-delivery-russian-frigates
(diakses pada 20 Desember 2015)
[16]
Karl Soper, “Russian Gorshkov frigate build may slow without Ukrainian gas
turbines,” IHS Jane’s 360, modifikasi
terkahir 26 Januari 2015, http://www.janes.com/article/48313/russian-gorshkov-frigate-build-may-slow-without-ukrainian-gas-turbines
(diakses pada 20 Desember 2015)
[17]
Nikolai Novichkov, “Russia
hoping to export three sanction-hit Admiral Grigorovich-class frigates,” IHS Jane’s 360, modifikasi terakhir 14
Oktober 2015, http://www.janes.com/article/55284/russia-hoping-to-export-three-sanction-hit-admiral-grigorovich-class-frigates (diakses pada 20 Desember 2015)
[18]
Thomas Grove, “Ukraine arms firm walks tight rope between Kiev and Moscow,” Reuters, May 27 2014, http://www.reuters.com/article/us-ukraine-crisis-arms-idUSKBN0E71LZ20140527
(diakses pada 20 Desember 2015)
[19]
ibid
[20] Alexandra
Mclees, Eugene Rumer, “Saving Ukraine’s defense industry,” Carnegie Endowment, 30 Juli 2014, http://carnegieendowment.org/2014/07/30/saving-ukraine-s-defense-industry
(diakses pada 3 Desember 2016)
[21]
ibid
[22] Svetlana
Burmistrova, Natalia Zinets, “Russia raises gas prices for Ukraine by 80
percent,” Reuters, modifikasi
terakhir 4 April 2014, http://uk.reuters.com/article/uk-ukraine-crisis-gas-idUKBREA330C520140404
(diakses pada 3 Desmber 2016)
[23] “Ukraine
orders to stop broadcasting of Russian TV programmes within 24 hours, Sputnik News, modifikasi terakhir 11
Juli 2014, http://sputniknews.com/voiceofrussia/news/2014_07_11/Ukraine-orders-to-stop-broadcasting-of-Russian-TV-programmes-within-24-hours-0385/
(diakses pada 3 Desember 2016)